Besok, Puncak Karya Baligia Bhukur Puri Saren Kangin Keramas Gianyar, Upacara Serupa Digelar Tahun 1995

Newtvkaori.com-GIANYAR | Puri Saren Kangin Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar melaksanakan Karya Palebon (Alm) I Gusti Agung Oka Wali, pada 23 Agustus 2024.
Saat itu, tingkatan Karya Pelebon bersarana Naga Banda. Sebagai konsekuensinya, Puri Saren Kangin Keramas menindaklanjuti dengan melaksanakan upacara Pengastian mengambil tingkatan Baligia Bhukur.
Penasehat Karya Baligia Bhukur I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, yang juga Ketua Umum Pasemetonan PSNKK menyebutkan, Karya Baligia Bhukur ini merupakan kelanjutan dari upacara Pelebon almarhum ibundanya, I Gusti Agung Oka Wali tahun lalu.
“Jika dicari tingkatan Karya Baligia Bhukur termasuk Madya atau Utamaning Madya, yang Utamanya ada mengatakan Ngeluwer atau mungkin yang lainnya,” kata Ngurah Sudarsana.
Kali ini, dilanjutkan dengan upacara Baligia Bhukur yang diikuti 319 Puspa, termasuk 15 Puspa berasal dari pihak keluarga Puri diluar Pengerajeg.
Untuk itu, upacara besar seperti ini tidak hanya diikuti keluarga Puri saja, tapi juga sebagian besar berasal dari warga.
“Untuk peserta banyak berasal dari luar semeton. Bahkan, ada yang dari Karangasem, Singaraja dan beberapa desa lainnya. Hal ini sebagai wujud pelayanan kami dan merekatkan kekerabatan,” kata Penasehat Karya Baligia Bhukur, I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, didampingi Panitia Karya di sela-sela upacara Baligia Bhukur, Rabu, 23 Juli 2025.
Sebelumnya, upacara seperti ini sudah dilakukan, pada tahun 1995, yang lokasinya di Desa Keramas dekat Pura Dalem.
Sementara saat ini, tempat upacara dengan memanfaatkan areal persawahan seluas sekitar 90 are yang telah diupacarai.
Untuk persiapan Karya Baligia Bhukur diakui Ngurah Sudarsana, memang cukup memakan waktu, yang panjang, karena pihaknya melihat situasi dan kondisi di areal di Desa Keramas tidak ada tanah datar, sehingga upacara dilakukan di tanah sawah.
“Dalam tahapan-tahapan tentunya kami mengacu pada Yajamana Karya pada setiap tanggal-tanggal yang harus kami lakukan upacara,” terangnya.
Untuk itu, Ngurah Sudarsana merasa bersyukur, karena mampu merangkul begitu banyak pihak, baik dari Pasemetonan Puri maupun Braya, Penyiwi dan juga masyarakat umum, untuk ikut serta berpartisipasi menyukseskan Karya Baligia Bhukur.
Khusus peserta berjumlah 320 orang, lanjutnya terdiri dari 51 kelompok.Dari tingkatan Karya Baligia Bhukur, maka semua Puspa harus menggunakan Madya.
“Jika kita dilihat di kebanyakan tempat, itu bisa disungsung atau “disuun” khan begitu, tapi ini tidak, gunakan Madya tingginya, agar seragam kami patok dengan kurang lebih tingginya 2,5-3 meter,” paparnya.
Oleh karena pesertanya cukup banyak, pihaknya dipusingkan oleh pengukuran tempat. Ditambah lagi, rasa subakti yang berlebihan, pihaknya tidak bisa menolak saat setiap ada warga yang datang untuk Ngiring. Bahkan, ada pengiring yang istrinya mau diiringkan ikut serta Karya Baligia Bhukur, yang ternyata, suaminya yang mendaftarkan justru meninggal dunia dan pihak Puri menerima pendaftaran dengan baik.
“Itu kami tidak bisa tolak dan kami iya-khan saat ada warga yang Ngiring untuk ikut serta Karya Baligia Bhukur. Itu semua kami terima, karena kita hidup di dunia ini mencari bekal ke Gumi Wayah. Nah, ini yang kami lakukan,” ungkapnya.
Selanjutnya, pihaknya bersepakat siap melaksanakan Karya Baligia Bhukur yang tidak perlu harus dipakai beban, tapi digelar bergembira ria dengan tetap dipegang teguh buat anak cucu di masa mendatang.
“Tapi, yang terpenting adalah kami bisa merangkul semeton yang memang mau ikut serta itu, yang kami rasakan di acara ini, manfaatnya sangat bagus sekali,” jelasnya.
Diharapkan, kedepan, Karya Baligia Bhukur dijadikan momentum untuk bersatu padu, yang menyatakan diri bahwa semuanya sebagai bagian satu leluhur yang tidak saling gontok-gontokan, tapi saling memaafkan berunsur pengayoman.
Mengenai biaya Karya Baligia Bhukur, Ngurah Sudarsana menyebutkan pihaknya meminta Jatu, karena peserta yang Ngiring saat ini, jika dia tidak ada aturan berarti dia tidak Subakti terhadap orangtua atau leluhurnya.
“Jadi, kami berikan kesempatan kepada peserta, sehingga kami putuskan dengan tingkatan Baligia Bhukur ini, dengan Maturan cuma Rp 6 juta dengan catatan setiap Ngayah, kami tanggung makan dan minum. Jika malam Ngayah, kami tanggung semua, karena itu bĂ gian daripada Punia,” urainya.
Jika di Puri, pihaknya jarang membentuk Panitia Karya, termasuk Karya Baligia Bhukur yang sekarang ini dilaksanakan, karena hal itu datang dari hati nurani warga tidak mesti harus diperintah.Oleh karena itu, pihaknya lebih condong berpedoman pada sistem semangat gotong royong secara sukarela atau swadaya bukan gotong ngoyong.
“Memang kenyataan seperti itu, kecuali, Paman-Paman saya diplot untuk mengambil pekerjaan ini, diplot-plot begitu. Bahkan, Pelebon Naga Banda saja, saya tidak pakai Panitia,” tambahnya.
Apalagi, semua Puspa masih ada di Puri dengan kewajiban melanjutkan uparengga seperti saat ini Mepepada Agung, semua warga datang untuk menyukseskan pelaksanaan upacara.
Tak hanya itu, pihaknya juga membagi kelompok menjadi tiga bagian meliputi Kelompok I bagian Timur, Kelompok II bagian Selatan dan Kelompak III bagian Utara.
“Kami bagi begitu, malamnya baru serempak semuanya. Jadi, yang di rumah, ya di rumah, kalau memang kewajiban dari pembagian kelompok untuk Ngayah datang ke lokasi upacara,” sebutnya.
Menariknya, Karya Baligia Bhukur totalnya dipuput 11 sulinggih, diantaranya Ida Pedanda Griya Gede Keramas, Ida Pedanda Griya Kawan Keramas, Ida Pedanda Griya Manggis Keramas, Ida Pedanda Griya Kutuh Keramas, Ida Pedanda Buda Griya Saraswati Batuan dan Ida Pedanda Nabe Griya Babakan.
Sementara itu, rangkaian upacara telah dimulai pada 30 Mei 2025 dengan Ngelinggihang Ida Betara Sri, membuat tempat peyadnyan, ngeruak dan mecaru.
Upacara dilanjutkan 10 Juni 2025 dengan nyukat genah, nanceb sanggar tawang. Prosesi selanjutnya pada 9 Juli 2015 adalah upacara nunas jatu karya, nunas tirta di sejumlah tempat dan 10 Juli, negtegang.
Upacara dilanjutkan, pada 17 Juli dilanjutkan dengan upacara melaspas pewangunan. Pada 20 Juli dilakukan upacara matur piuning dan mendak Batara Lingga.
Pada 22 Juli 2025 dilakukan upacara meras punyan bingin, ngajum, melaspas puspa dan mudalang puspa.
Pada Rabu 23 Juli 2025 dilaksanakan upacara mapepada agung, nunas tirta mengening, yang kemudian pada 24 Juli 2025 dilakukan upacara ngelungaang puspa para pengiring ke Payadnyan.
Puncak Karya Baligia Bhukur berlangsung pada Jumat, 25 Juli 2025 dengan dilaksanakan sejumlah rangkaian upacara meliputi ngangget don bingin Betara Lingga, ngajum Betara Lingga dan mlaspas, ngening, bumi suda dan mepurwa daksina.
Upacara dilanjutkan pada Jumat, 8 Agustus 2025 dengan nyegara gunung ke Goa Lawah, Klungkung dan Dalem Puri serta Pedarman dan terakhir Merajan Gede Puri Keramas.
Sementara itu, Baga Upakara, Upacara dan Uparengga, I Gusti Made Toya menyampaikan Karya Baligia Bhukur direncanakan akan dihadiri oleh Bendesa Adat, Perbekel Keramas, Perbekel Medahan, Camat Blahbatuh serta Kelian Adat se-Desa Keramas dan Medahan.
“Itu dulunya satu Desa sekarang mekar jadi dua desa, yaitu Desa Keramas dan Medahan. Jadi, undangan hanya sebatas itu saja,” kata Toya.
Meski demikian, pelaksanaan Karya Baligia Bhukur diikuti warga dari berbagai soroh sebagai bentuk pelayanan Puri Saren Kangin Keramas kepada warga.
Hal tersebut diyakini bahwa Ida leluhur dimanapun bertempat dipastikan Ida leluhur melakukan kesepakatan bersama dalam ikatan perjanjian, termasuk juga warga pengiring yang turut serta dalam Karya Baligia Bhukur.
Mereka yang datang diluar Desa Keramas ikut serta upacara sebagai pengiring diakui sebagai bagian dari hubungan baik yang telah terjalin erat terdahulu dengan Ida Leluhur Puri Saren Kangin Keramas.
“Pada dasarnya hal itu pasti karena Subakti yang datang dari luar desa ke Desa Keramas untuk ikut upacara. Itu saya rasakan dan semua sudah tercatat disini,” tandasnya. (ace).
Team Redaksi : Aditya Putra