Daerah

Mangku Pastika Raih Gelar Doktor Ilmu Agama, Sukses Pertahankan Disertasi “Menapak Tilas Jejak Ajaran Veda”

Newtvkaori.com-DENPASAR | Gubernur Bali dua periode 2008 – 2018, Made Mangku Pastika meraih Gelar Doktor Ilmu Agama di UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, usai Ujian Terbuka di Kampus UHN IGB Sugriwa Denpasar, Kamis, 17 Juli 2025.

Made Mangku Pastika meraih gelar Doktor dengan Disertasi berjudul Menapak Tilas Jejak Ajaran Veda: Studi Implementasi Pada Umat Hindu di Bali.

Dalam Disertasi, Mangku Pastika merumuskan tiga permasalahan terkait bukti ajaran Weda tersebar di Nusantara hingga ke Bali dan munculnya dikotomi antara Hindu India versus Hindu Bali serta strategi tokoh Hindu mengurangi intensitas dengan implikasi dikotomi ajaran Hindu Bali dan ajaran Hindu India terhadap umat Hindu di Bali.

Mangku Pastika menyebutkan narasi dikotomi Hindu Bali dan Hindu India berdampak sangat buruk di mata nasional dan internasional. Hal tersebut akan menghapus citra Agama Hindu yang ramah, damai, tenggang rasa, beradab, sopan santun dan predikat Agama Hindu sebagai agama yang paling toleran di muka bumi.

Untuk itu, isu dikotomi Hindu Bali dan Hindu India harus segera dicarikan solusinya dengan cara membuat Mahasabha atau Pertemuan Besar, yang melibatkan unsur Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDI Pusat), Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prajaniti Pusat, Peradah Pusat, KMHDI Pusat, ICHI Pusat, Empat Belas Pimpinan Perguruan Tinggi Agama Hindu dan para Akademisi Hindu yang memiliki kualifikasi keilmuan Hindu menyangkut teologi, filosofi serta sosiologi Hindu, agar narasi negatif itu tidak berkembang liar yang menyebabkan kehancuran Hindu.

Menurutnya, penulisan Disertasi ini dilatarbelakangi keingintahuan yang dalam tentang Agama Hindu yang dianutnya. Selain itu, peristiwa-peristiwa di Bali dalam beberapa waktu belakangan ini yang cukup meresahkan tentang adanya dikotomi atau pertentangan di masyarakat antara Hindu Dresta Bali dengan Sampradaya Asing, sehingga memunculkan konflik, yang mendorongnya, untuk melakukan penelitian ini.

“Sudah mencapai pada konflik fisik bukan lagi konflik idelogis. Bukan konflik dalam pikiran atau hanya perkataan, tetapi sampai kepada fisik sehingga hal-hal itu mendorong saya untuk melakukan penelitian ini,” terangnya.

Lebih lanjut, Mangku Pastika menyatakan seluruh umat menyadari beratnya tokoh-tokoh Hindu di Bali berjuang agar Hindu diakui sebagai sebuah agama. Jika sekarang justru terjadi pertentangan tentu sangat disayangkan.

Dikatakan, seharusnya para pemimpin dan tokoh-tokoh agama menyelesaikan dikotomi ini jangan dibiarkan, seperti api dalam sekam.

“Tidak boleh terjadi konflik internal, karena kalau terjadi konflik internal mudah bagi orang lain masuk dan mempengaruhi kita terutama anak-anak muda bahaya konversi pindah agama karena merasa sulit beragama Hindu di Bali. Tidak boleh itu terjadi,” paparnya.

Selaku Promotor Mangku Pastika, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., menerangkan Disertasi ini bisa menjadi solusi untuk menemukan jejak ajaran Weda yang dipertentangkan dari zaman kerajaan sampai hari ini.

“Disertasi ini betul-betul dilakukan dengan profesional penelitian. Beliau meneliti secara kontinyu, bimbingan juga secara kontinyu. Ini menyebabkan disertasi ini menurut saya sangat lengkap nilainya,” kata Prof. Sudiana.

Prof. Sudiana juga menambahkan jejak ajaran Weda di Nusantara, termasuk Bali secara rigit sudah diuraikan dalam disertasi ini mulai dari jejak prasasti di Kalimantan yang berbahasa Sansekerta dan tulisan Dewa Nagari.

Begitu pula, lanjutnya di Jawa Barat banyak ditemukan prasasti yang bertuliskan Dewa Nagari dengan bahasa sansekerta dan tempat lainnya di Jawa. Hingga prasasti-prasasti yang ditemukan di Bali menggunakan huruf Dewa Nagari dan bahasa Sansekerta. “Disertasi ini mampu menjawab atau mengkalrifikasi dikotomi yang terjadi selama ini,” urainya.

Sementara itu, Budayawan Putu Suasta berpendapat bahwa Mangku Pastika memberi arahan serta menyimpulkan Agama Hindu sejatinya bersifat fleksibel, adaptif scientific dan terbuka. Bahkan, Agama Hindu menjawab peradaban zaman terbaru dan yang akan datang didalam disertasinya sesuai Sanathana Dharma dengan filosofi keabadian, artinya sejatinya agama yang abadi adalah agama Hindu.

“Itu juga dipastikan Dharma merupakan Shelter, yaitu suatu tempat untuk manusia bersandar dalam kehidupan dan Agama Hindu juga menjunjung Pluralisme dan selalu beradaptasi dengan perubahan dalam peradaban Zaman dan bukanlah agama yang statis,” pungkasnya.

Sukses mempertahankan Disertasi, Mangku Pastika dinobatkan menjadi Doktor Ilmu Agama ke-162 pada UHN IGB Sugriwa Denpasar dengan IPK 4.0. (red/tim).

Team Redaksi : Aditya Putra

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *