Peringati HUT ke-21, BSWA Support Desa Wisata Sulangai Berkembang Lebih Cepat

Newtvkaori.com-BADUNG | Bali Spa & Wellness Association (BSWA) memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 di Desa Wisata Sulangai, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Rabu, 1 Mei 2025.
Turut hadir, Ketua BSWA I Gde Nyoman Indra Prabawa, Pembina/Pendiri BSWA Regine Winkler dan Forum Komunikasi Desa Wisata, Made Mendra serta perwakilan Desa Wisata Sulangai Petang.
Pada kesempatan tersebut, Lulu Susiana Widjaja selaku Pembina/Pendiri BSWA menyebutkan anggota BSWA sebenarnya sudah berkumpul selama 23 tahun, tapi dihitung dari akte resmi berdiri BSWA berusia 21 tahun.
“Kami ada 189 member cukup loyal dari awal cuma 20 member, tiba-tiba sudah segini perjuangan 21 tahun,” terangnya.
Disebutkan, HUT ke-21 BSWA diadakan di Desa Sulangai Petang, karena pihaknya berupaya bekerjasama untuk membantu keberadaan Desa Wisata terbaru, pada bulan Desember 2024.
Dipilihnya Sulangai Petang, karena Desa Wisata terbaru di Kabupaten Badung untuk saling bekerjasama dan mensupport agar Desa Wisata Sulangai Petang bisa berkembang lebih cepat dibandingkan Desa Wisata lainnya.
“Desa Wisata Sulangai masih natural, view masih bagus dan udara enak banget, terus penghasilan desa ini juga sangat bagus karya penduduk lokal. Mereka juga sudah kerjakan tempat parkir, yang tadi kita singgahi, tempat madu dan restoran juga rapi parkir, yang lainnya juga sudah bagus serta orang-orangnya sangat luar biasa ramah tamah beserta makanan enak sekali,” paparnya.
Meski demikian, Lulu Susiana menyebutkan bisa disediakan villa-villa kecil yang eksklusif dan view sangat bagus kedepannya.
“Mungkin nanti bisa juga dikembangkan fasilitas tradisional SPA dan treatment bagi tamu-tamu yang kesini dilengkapi dengan culinary,” ungkapnya.
Oleh karena itu, diharapkan Desa Wisata Sulangai Petang terus berkembang sebesar 30 persen lagi dengan suasana alami dan udara juga bisa terjaga dengan dipertahankan adat dan budaya Bali disertai ramah tamah penduduk lokal.
Awalnya, BSWA menjadi anggota Asia Pacific Spa & Wellness Coalition (APSWC)
artinya perkumpulan asosiasi negara Asia Pasifik sejumlah 40 negara.
Apalagi, keberadaan BSWA di APSWC itu sudah dimulai dari tahun 2012. Mengingat, Indonesia sangat aktif, apalagi BSWA merupakan asosiasi SPA yang pertama kali ikut bergabung dengan anggota berjumlah 40 negara dan 78 keanggotaan.
“Tugasnya mereka adalah menjembatani negara-negara Asia dari segi standart practice dan peraturan, kita saling bersaing cerita disana,” urainya.
Mengenai Award yang diperoleh BSWA tahun 2025 ini adalah Best SPA Association of The Year 2025 di negara Asia Pasifik. Sebelumnya, pihaknya dari BSWA pernah mendapatkan nominasi Runner Up dari Hongkong dan Singapura, pada waktu itu, tahun 2014 dan 2017.
Disebutkan, APSWC Awards merupakan ajang penghargaan berskala internasional terbaik dalam industri SPA dan kebugaran di kawasan Asia Pasifik.
“Kategori Award itu banyak, ada 32 salah satunya Best SPA Association dan acara Award ini baru tahun ketiga, yakni 2023, 2024 dan 2025. Tahun ini kita yang memang mewakili Indonesia,” sebutnya.
Kategorinya cukup banyak, yang dilihat dari aktifnya BSWA bersama member dan Pemerintah mengenai edukasi yang diberikan serta jumlah anggota dan seterusnya.
“Kita tahu dari dulu, BSWA sangat aktif hampir tiap bulan ada acara, dua bulan hingga tahunan membagikan edukasi dan juga dapatkan bea siswa serta ada kelas-kelas edukasi seperti itu,” tambahnya.
Untuk tahun 2025, lanjutnya Award dilaksanakan di Jakarta dan tahun lalu di Bangkok, Thailand serta tahun depan 2026 kemungkinan besar diselenggarakan sesama anggota ASEAN. Soal benefit atau keuntungan yang diperoleh dari Award ini, lanjutnya dipastikan memperoleh kepercayaan agar lebih maju lagi.
Apalagi, BSWA diharapkan bisa memberikan sumbangsih kepada anggota yang sifatnya bukan abal-abal.
“Asosiasi ini bukan main-main, pemerintah juga melihat kita, bahkan BSWA berada dibawah naungan PHRI betapa kita dari nol bekerja keras dari 20 member menjadi 189 member,” tegasnya.
Oleh karena itu, pihaknya merasa senang memperoleh Award sehingga tetap menjaga eksistensi BSWA secara bersama-sama dalam arti saling memberi benefit.
Terlebih lagi, tanpa member, juga tidak bisa berkembang, sehingga pihaknya sangat gigih bekerja keras dan juga volunteer semua tidak digaji, yang memang jiwanya untuk melayani dan membantu industri SPA di Bali dan Indonesia.
“Kemarin di pidato saya, Award itu menang, saya bilang sama audiens, bahwa kita berjuang SPA Indonesia, tapi melalui badan kita di Bali. Kita khan atas nama Indonesia, tidak hanya Bali. Tamu internasional ke Bali khan terkenalnya Bali SPA yang dicari di luar negeri Bali SPA bukan Jakarta SPA atau Java SPA,” tandasnya.
Diharapkan, BSWA bisa dilibatkan untuk membuat regulasi atau Rancangan Undang-Undang yang disebut Standart Practice, karena berada di industri SPA, supaya tidak jauh dari implementasi yang telah dilakukan.
“Salah satu topik yang kami meeting di Jakarta, ada satu namanya Assion SPA standart service. Jadi, itu kumpulan negara ASEAN mau dibuat suatu cara standar Asia SPA itu seperti apa yang bagus,” kata Lulu.
Disitu Indonesia belum dilibatkan, karena baru empat negara, yakni Thailand, Philipina, Malaysia dan Vietnam, sehingga pihaknya berupaya agar Indonesia juga diundang ketika ada Rapat-Rapat berikutnya agar bisa memberikan kontribusi di bidang industri SPA.
“Kok kita tidak ikut, apa Kementerian sudah mendapat undangan, tapi belum terlibat atau memang tidak aware, saya kurang paham, tapi itu sudah kita sampaikan,” pungkasnya.
Meski demikian, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2022 sudah merancang lima tahun anggaran kerja atau Action Plan untuk Wellness Tourism Indonesia, tapi belum banyak progres, akibat banyak pihak berjalan sendiri-sendiri.
Untuk itu, diharapkan program lima tahun kedepan diteruskan agar Wellness Tourism bisa berkembang lagi. Mengingat, Wellness itu merupakan kegiatan menu tambahan untuk pikiran dan hati yang bisa digabungkan.
“Jadi, bisa tidak mesti berbeda dengan SPA, yang bisa menjadi tambahan menu di SPA. Sekarang Wellness Tourism kita ada di hospital itu agak salah kaprah, itu Medical Tourism,” tutupnya. (ace).
Team Redaksi : Aditya Putra