Dihadiri 100 Peserta, Ketua WHDI Bali Buka Resmi Saka Yoga Festival 2025

Newtvkaori.com-DENPASAR | Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Provinsi Bali, Tjok. Istri Sri Ramaswati Yudhara, S.H., M.H., membuka secara resmi kegiatan Saka Yoga Festival, serangkaian Peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947 di Wantilan Kantor DPRD Provinsi Bali, Minggu, 13 April 2025.
Saka Yoga Festival ini dihadiri oleh 100 peserta yang berasal dari pengurus WHDI Bali, WHDI Kota Denpasar beserta seluruh jajarannya dan Komunitas Yoga serta Sekeha Tari PHDI Kota Denpasar.
Dalam sambutannya, Tjok. Istri Sri Ramaswati Yudhara, S.H., MH., menyatakan Saka Yoga Festival merupakan salah satu program kerja Pusat, yaitu Panitia Nyepi Nasional setiap tahunnya, dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947.
“Kebetulan di Pusat yang menjadi Instruktur berasal dari WHDI Pusat, sekaligus Koordinator pelaksanaan kegiatan Saka Yoga Festival seluruh Indonesia,” kata Ramaswati Yudhara.
Didalam kepanitiaan itu, lanjutnya juga diikutsertakan organisasi bernafaskan Hindu yang salah satunya WHDI. Kemudian, Ketua Umum WHDI melakukan instruksi kepada seluruh WHDI se-Indonesia yang berada di 33 Provinsi, untuk melaksanakan kegiatan Saka Yoga Festival.
Atas instruksi Ketua Umum WHDI, Ramaswati Yudhara menyambut baik kegiatan Saka Yoga Festival. Meski persiapan mendadak, namun semangat kebersamaan yang sangatlah utama dalam melaksanakan Saka Yoga Festival.
Diharapkan, Saka Yoga Festival ini bisa berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan harapan bersama, lantaran Yoga merupakan kegiatan positif terkait pendidikan mental dan spiritual bagi kaum Ibu-Ibu.
Sebagai Ketua WHDI Bali, Ramaswati Yudhara berharap WHDI lebih banyak berkembang sesuai dengan AD/ART untuk menjadikan perempuan itu hidup jujur dan mandiri, sehingga dapat ditingkatkan kualitas perempuan, khususnya di Bali.
“Kami ucapkan terima kasih atas kehadiran pengurus WHDI Provinsi Bali dan WHDI Kota Denpasar beserta seluruh jajarannya dan Komunitas Yoga serta Seke Tari PHDI Kota Denpasar yang turut berpartisipasi, untuk memperkuat pelaksanaan Saka Yoga Festival,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Dra. Dewa Ayu Puspawati, M.Si., menyatakan Saka Yoga Festival merupakan salah satu kegiatan Panitia Nasional dalam Peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 yang dilaksanakan serentak secara Nasional serta rutin setiap tahunnya.
“Kegiatan ini dapat terselenggara atas kerjasama yang sangat baik diantara panitia dan pengurus WHDI Provinsi Bali tentunya dibawah arahan Ibu Ketua WHDI Bali beserta jajarannya. Kami juga ucapkan terima kasih kepada Ketua DPRD Provinsi Bali atas izin penggunaan Wantilan Gedung DPRD Provinsi Bali,” kata Dewa Ayu Puspawati.
Patut diketahui, sebelum Covid-19, WHDI Provinsi Bali secara rutin melaksanakan Yoga, setiap Sabtu di Nari Graha Renon, Denpasar.
Hal senada juga disampaikan A.A. Dian Martika selaku Instruktur Yoga yang menyatakan Saka Yoga Festival itu diartikan secara Hindu sebagai Peringatan menentukan Hari Raya Nyepi untuk melakukan Yoga sebagai media penyatuan Atman dengan Brahman sesuai isi Kitab Suci Weda.
Menariknya, materi Saka Yoga Festival yang diberikan berkaitan dengan Tapa, Brata, Yoga dan Semadi.
Khususnya Yoga, disebutkan dengan melakukan penyucian diri dengan jalan Yoga Surya dalam arti memohon energi kehadapan Hyang Surya sekaligus penyucian dan kemenangan untuk membersihkan memori-memori masa lampau terkait Saka Yoga Festival.
“Misalnya ada trauma dan karma buruk di masa lampau, dengan gerakan-gerakan Yoga itu mendukung proses penyucian diri,” urainya.
Jika Yoga Chandra, lanjutnya materi yang dibahas seputar relaksasi diam dan tenang, yang dilakukan dengan bermeditasi, tapa dan brata.
“Dalam tubuh kita ada dua jalur energi, yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika tidak seperti itu, kita akan menjadi sakit-sakitan,” jelasnya.
Selain itu, juga dilaksanakan Asana lainnya, seperti Asana Omkara yang sangat penting dilakukan demi memperoleh nilai kesucian terhubung dengan Hyang Maha Kuasa.
Terlebih lagi, diperlukan Perempuan Bali yang bersikap Bajrasana untuk melakukan persembahyangan dimanapun, karena sikap Bajrasana sangat cepat terhubung dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Bajra itu bukan berarti Genta dalam filosofi Yoga, tapi Bajra adalah Petir sebagai senjata Dewa Indra, yang secepat kilat. Itu sama dengan doa kita tersampaikan cepat, jika melakukan Asana Bajrasana atau sikap bersimpuh itu. Entah laki-laki atau perempuan boleh melakukan sikap itu, tapi jika di Bali itu dilakukan oleh perempuan dan laki-laki bisa Silasana, Padmasana dan lain sebagainya,” kata Dian Martika.
Meski demikian, kegiatan Saka Yoga Festival sangat bermanfaat untuk kesehatan fisik, mental dan spiritual, karena difokuskan pada nafas.
Mengingat, nafas adalah tali jiwa untuk terhubung dengan kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga diperlukan meditasi selama 5 menit demi ingat nafas.
“Jika kita lupa nafas, semuanya akan kacau dan tubuh kita akan rusak. Tanpa nafas, kita seonggok tubuh yang rusak. Penting sekali kita ingat tentang nafas, yakni nafas masuk, nafas yang didalam dan nafas yang keluar,” tandasnya.
Diharapkan, Yoga dikenal di seluruh Indonesia berdasarkan isi kitab suci Weda. Bukan hanya mencari kelenturan tubuh, tapi juga nilai filosofis didalamnya.
“Banyak ada gerakan itu harus bisa melipat badan dan beginilah. Makanya, di seluruh dunia olahraga yang paling banyak cedera, yaitu Asana Yoga. Mereka keluar dari jalur apa itu Yoga yang sebenarnya, makanya saya berharap Saka Yoga Festival ini menjadi barometer untuk semuanya di seluruh Nusantara,” pungkasnya. (ace).
Team Redaksi : Aditya Putra